Minggu, 28 Agustus 2011

PERBEDAAN PENELITIAN METODE KUANTITATIF DENGAN METODE KUALITATIF


Perbedaan Metode Saintific( kuantitatip) dengan Metode Naturalis( Kualitatip)




Disampaikan oleh :
Hotman Tohir Pohan
Untuk Kuliah Metode Penelitian
Profesor DR.Sofyan Syafri Harahap





International Bussiness School Trisakti University
Islamic Economic & Finance Post Graduate Programe



Perbedaan Metode Saintific( kuantitatip) dengan Metode Naturalis( Kualitatip),Jogiyanto,(2004)
Pendekatan Saintifik(kuantitatip)
Pendekatan Naturalis(kualitatip)
-          Menggunakan struktur teori
-          Tidak menggunakan struktur teori karena lebih bertujuan menemukan teori,bukan memverikasi teori,kecuali jika tujuan penelitiannya ingin membuktikan atau menemukan keterbatasan suatu teori
-          Struktur teori digunakan untuk membangun satu atau lebih hipotesis-hipotesis.
-          Hipotesis ,jika ada sifatnya implisit,tidak eksplisit
-          Pendekatan saintifik melakukan setting artificial ,misalnya dengan metode eksperimen dengan memanipulasi beberapa variable
-          Pendekatan naturalis menolak bentuk terstruktur dari riset.Pendekatan naturalis juga menolak pengaturan –pengaturan riset secara artificial.
          Penelitian pendekatan naturalis lebih menggunakan dan menjaga setting alamiah(natural) di mana phenomena atau perilaku yang akan diamati terjadi.
-          Pendekatan saintifik menolak bahwa teori membumi (grounded ) di datanya dan berargumentasi bahwa “ facts do not speak for themselves”
-          Sejalan dengan konsep grounded theory yang dikembangkan oleh Glaser dan Straus,(1967) yang percaya bahwa cara terbaik untuk menjelaskan dan membangun teori adalah dengan menemukannya dari data.Pendekatan ini menganggap bahwa teori grounded di datanya.
-          Pendekatan saintifik membutuhkan pengujian secara kuatitatip dan statistik
-         Pengikut grounded theory termasuk yang mengembangkan metode penelitian eksplorasi (exploratory research ) yang tidak menggunakan data kuantitatip dan tidak menggunakan tehnik statistik untuk menyimpulkan hasil yang diobservasi .Metode naturalis dan metode eksplorasi bersifat kualitatip menggunakan data kualitatatip.
Kebaikan-kebaikan dan Kelemahan-kelemahan Pendekatan saintifik (kuantitatip ) dan Pendekatan Naturalistik ( Kualitatip ), Jogiyanto, (2004)
Pendekatan Saintifik ( Kuantitatip )
Pendekatan Naturalistik ( Kualitatip )
( + ) Menilai data lebih objektif, karena tidak boleh terpengaruh oleh nilai atau kepercayaan periset atau orang lain ( harus value free )
( - ) Menilai data lebih subjektif, karena hasil observasi langsung periset dan periset sendiri yang menyimpulkannya.
( - ) Setting tidak natural ( artificial ) ,dapat menurunkan validitas penelitian
( + ) Setting natural tidak diubah oleh periset
( - ) Penelitian kurang terfokus tetapi lebih luas, sehingga kurang mendalam
( + ) Penelitian lebih terfokus dan mendalam
( - ) Penelitian biasanya menjelaskan dan memprediksi fenomena yang tampak, sehingga lebih mengarah ke verifikasi teori
( + ) Penelitian lebih mendetail ke hal-hal di bawah permukaan yang belum tampak, seperti misalnya penelitian tentang kultur .Lebih untuk menemukan teori baru
( + ) Dari segi kemudahan mendapatkan data ,data sekunder yang tersedia dapat dgunakan
( - ) Data primer harus dikumpulkan sendiri oleh periset yang biasanya melibatkan waktu yang lama  ( bulanan sampai dengan tahunan ) untuk mendapatkannya dengan terlibat langsung sebagai pengobservasi di tempat kejadian
( + ) Eksternal validiti lebih tinggi karena dapat melibatkan permasalahan yang lebih luas menggunakan waktu yang lebih panjang dan jumlah observasi yang lebih banyak  sebagai objek penelitian karena tersedia di data sekunder.
( - ) Eksternal validity rendah karena  hanya melibatkan satu permasalahan di suatu organisasi saja karena data primer harus diobservasi  sendiri yang tidak mungkin dan membutuhkan banyak waktu untuk melibatkan banyak organisasi.

Keterangan: Tanda  ( + ) menunjukkan kebaikan dan atau kelebihannya ,tanda ( - ) menunjukkan kekurangan dan atau kelemahannya



Selanjutnya Moleong,( 2000), mengikhtisarkan penyajian yang disampaikan oleh Guba dan Lincoln (1981) mengenai perbedaan antara penelitian saintifik ( kuantitatip ) dengan penelitian naturalis ( kualitatip ).
Perbedaan Paradigma Saintifik/ Kuantitatip dan Paradigma Naturalis/Kualitatip,Moleong,( 2000)

ITEM

PARADIGMA
SAINTIFIK/Ilmiah (Kuantitatip)
NATURALIS/Alamiah
(Kualitatip )
Tehnik yang digunakan
Kuantitatip
Kualitatip
Kriteria kualitas
“ Rigor”
Relevansi
Sumber Teori
A Priori
Dari Dasar ( Grounded )
Persoalan kausalitas
Dapatkah X menyebabkan y ?
Apakah X menyebabkan y dalam latar naturalis ?
Tipe pengetahuan yang digunakan
Proposisional
Proposisional yang diketahui bersama
Pendirian
Reduksionis
Ekspansionis
Maksud/Tujuan
Verifikasi
Ekspansionis
Karakteristik Metodologis
Instrumen
Kertas atau alat phisik lainnya
Orang sebagai peneliti
Waktu penetapan pengumpulan data dan analisis
Sebelum penelitian
Selama dan sesudah pengumpulan data
Desain
Pasti/tetap
Muncul- Berubah
Gaya
Intervensi
Seleksi
Latar
Laboratorium
Alam
Perlakuan
Stabil
Bervariasi
Satuan kajian
Variabel
Pola-pola
Unsur kontekstual
Kontrol
Turut campur atas undangan


Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1.      Teknik yang Digunakan
     Pada dasarnya, baik teknik kuantitatif maupun teknik kualitatif dapat digunakan bersama-sama. Namun, penekanannya diletakkan pada teknik tertentu. Paradigma ilmiah memberi tekanan pada teknik kuantitatif, sedangkan paradigma alamiah memberi tekanan pada penggunaan teknik kualitatif.
2.Kriteria Kualitas
     Dalam menentukan penelitian yang "baik", paradigma ilmiah sangat per­caya pada kriteria rigor, yaitu kesahihan eksternal dan internal, keandalan, dan objektivitas. Pada dasarnya, menurut Guba dan Lincoln (1981),dalam Meleong,(2000), penekanan pada kriteria tersebut terang membawa eksperimen pada pe­nyusunan desain yang bagus, tetapi sering sempit cakupannya. Hal ini bersumber pada kenyataan bahwa kebanyakan eksperimen memasukkan situasi yang kurang dikenal, buatan, dan masa hidupnya singkat, dan hal itu membuat latar-tak-biasa sukar digeneralisasikan pada latar lainnya.
Sebaliknya, paradigma alamiah menggunakan kriteria relevansi. Relevansi di sini adalah signifikansi dari pribadi terhadap lingkungan senyatanya. Usaha menemukan kepastian dan keaslian merupakan hal yang penting dalam penelitian alamiah.
3. Sumber Teorl
     Sebagian besar pengetahuan tentang perilaku sosial diarahkan pada veri­fikasi hipotesis yang diturunkan dari teori a priori. Kebanyakan teori yang disusun pada hakikatnya adalah deduktif dan logis dalam pengetahu­an perilaku sosial. Proses penyusunan teori berputar-putar pada proses deduksi yang bisa diverifikasi dari dunia nyata atas dasar asumsi a priori.
Cara lainnya yang lebih bermanfaat adalah menemukan teori dengan cara menariknya sejak awal dari alam, yaitu dari data yang berasal dari dunia nyata. Metode yang digunakan adalah metode menemukan dengan menganalisis data yang diperoleh secara sistematis. Penyusunan teorinya dimulai dari-dasar. Teori demikian akan cocok dengan situasi empiris dan penting untuk meramalkan, menerangkan, menafsirkan, dan mengapli­kasikan. Jadi, teori ini memenuhi dua kriteria, yaitu cocok dengan situasi empiris, dan melakukan fungsi teori, yaitu meramalkan, menerangkan, dan menafsirkan.
4. Persoalan tentang Kausalitas
      Penelitian biasanya dihadapkan pada penentuan hubungan sebab-akibat. Jawaban terhadap pertanyaan hubungan sebab-akibat penting untuk ke­perluan meramalkan, kontrol di satu pihak, dan verstehen di lain pihak. Kedua paradigma ilmiah maupun alamiah menggunakan pertanyaan-per­tanyaan tersebut, namun dengan cara yang berbeda.
Paradigma ilmiah biasanya bertanya: dapatkah X menyebabkan Y? Untuk itu maka mereka mendemonstrasikan di laboratorium bahwa Y sesungguhnya dapat disebabkan oleh X. Di pihak lain paradigma alamiah kurang tertarik dengan apa yang diusahakan terjadi dalam situasi yang dirancang terlebih dahulu, namun lebih tertarik pada apa yang terjadi pada latar alamiah.
5. Tipe Pengetahuan yang Digunakan
      Ada dua macam atau tipe pengetahuan; yaitu pengetahuan proposisional dan pengetahuan-yang-diketahui-bersama, yang diketahui dan disepakati juga oleh subjek. Kedua tipe pengetahuan tersebut dapat dijelaskan per­bedaannya. Pengetahuan proposisional adalah pengetahuan yang dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa. Pengetahuan-yang-diketahui-bersama (tacit knowledge) ialah instuisi, pemahaman, atau perasaan yang tidak dapat dinyatakan dengan kata-kata yang dalam hal-hal tertentu diketahui oleh subjek.
Paradigma ilmiah membatasi diri pada pengetahuan proposisional. Pengetahuan demikian merupakan esensi metode untuk menyatakan pro­posisi secara eksplisit dalam bentuk hipotesis yang diuji untuk menentu­kan validitasnya. Teori-teori terdiri atas pengumpulan hipotesis semacam itu. Sebaliknya, paradigma alarniah mengizinkan dan mendorong penge­tahuan-yang-diketahui-bersama guna dimunculkan untuk keperluan mem­bantu pembentukan teori dari-dasar maupun untuk memperbaiki komuni­kasi kembali kepada sumber informasi dengan cara peristilahan mereka.
6. Pendirian
      Paradigma ilmiah berpendirian reduksionis. Dalam hal in] niereka menvem­pitkan penelitian pads fokus yang relatif kecil dengan jalan membeban­kan kendala-kendala, baik pada kondisi anteseden pada inkuiri (untuk veperluan mengontrol) maupun pada keluaran-keluaran. Jadi, pencari­.ahu-ilmiah mulai dengan menyusun pertanyaan atau hipotesis, kemudian hanya mencari informasi yang akan memberikan jawaban pada pertanya­an atau menguji hipotesis-hipotesis itu.
Pencari-tahu-alamiah mempunyai pendirian ekspansionis. Mereka mencari perspektif yang akan mengarahkan pada deskripsi dan penger­tian fenomena sebagai keseluruhan atau akhirnya dengan jalan mene­mukan sesuatu yang mencerminkan kerumitan gejala-gejala itu. Mereka memasuki lapangan, membangun dan melihat pembawaannya yang tam­pak dari arah mana pun titik masuknya. Setiap langkah inkuiri didasar­kan atas sejumlah pengetahuan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Jadi, pencari-tahu-ilmiah meng­ambil sikap terstruktur, terarah, dan tunggal, sedangkan pencari-tahu- alamiah berpendirian terbuka, menjajagi, dan kompleks.
7. Maksud
      Paradigma ilmiah mempunyai rrmaksud dalam usahanya menemukan pengetahuan melalui verifikasi hipotesis yang dispesifikasikan secara a priori. Pencari-tahu-alamiah, di pihak lain, menitikberatkan upayanya pada usaha menemukan unsur-unsur atau pengetahuan yang belum ada dalam teori yang  berlaku.
8. Instrumen
      Untuk mengumpulkan data, paradigma ilmiah memanfaatkan tes tertulis (tes-pinsil-kertas) atau kuesioner atau menggunakan alat fisik lainnya se­perti poligraf, dan sebagainya. Pencari-tahu-alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpulan data. Hal itu mungkin disebabkan oleh sukarnya mengkhususkan secara tepat pada apa yang akan diteliti. Di samping itu, orang-sebagai-instrumen memifiki senjata "dapat-memutuskan" yang secara luwes dapat digu­nakannya. la senantiasa dapat menilai keadaan dan dapat mengambil keputusan.
9. Waktu untuk Mengumpulkan Data dan Aturan Analisis
     Pencari-tahu-ilmiah dapat menetapkan semua aturan pengumpulan dan analisis data sebelumnya. Mereka sudah mengetahui hipotesis yang akan diuji dan dapat mengembangkan instrumen yang cocok dengan variabel. Instrumen ditetapkan sebelumnya tentang ukuran terhadap ciri yang di­ketahui sehingga memungkinkan menetapkan waktu melakukan analisis.
Paradigma alamiah sebaliknya, tidak diperkenankan memformulasi­kan secara a priori. Datanya dikumpulkan serta dikategorisasikan dalam bentuk kasar dan diunitkan oleh peneliti/analis. Di samping itu, pen­cari-tahu-alamiah kurang dibimbing oleh aturan dibandingkan dengan paradigma ilmiah. Tentu saja langkah-langkah tertentu perlu diambil un­tuk memastikan adanya aturan yang tidak ambigius (meragukan) dan ditetapkan secara sistematis dan seragam. Teknik demikian bermanfaat dalam hal dapat membangun atas dasar pengetahuan yang muncul.
10. Desain
     Bagi paradigma ilmiah, desain harus disusun secara pasti sebelum fakta dikumpulkan. Sekali desain digunakan, maka tidak boleh mengubahnya dalam bentuk apa pun. Sebab, jika diadakan perubahan, maka perubahan itu akan mengaburkan variabel sehingga penafsiran yang bermakna men­jadi tidak mungkin dilakukan.
Bagi paradigma alamiah, desain dapat disusun sebelumnya secara tidak lengkap. Apabila sudah mulai digunakan, maka desain itu malah mulai dilengkapi dan disempurnakan. Desain itu dapat senantiasa diubah dan disesuaikan dengan apa yang diperoleh dan disesuaikan pula dengan pengetahuan baru yang ditemukan.
11.Gaya
     Paradigma ilmiah menggunakan gaya dengan menerapkan intervensi. Variabel bebas dan terikat diisolasikan dari konteksnya, diatur sedemi­kian rupa sehingga hanya variabel ini yang muncul untuk diukur, dan kemudian dikonfirmasikan dengan hipotesisnya.
Sebaliknya, paradigma alamiah bergantung pada seleksi. Dari pelbagai peristiwa yang terjadi secara alamiah akhirnya dipilih sesuatu gejala tan­pa mengadakan intervensi. Jadi, pencari-tahu-alamiah tidak mengelola situasi, tetapi memanfaatkannya. Mungkin diperlukan waktu yang lama untuk memilih kombinasi unsur-unsur yang sesuai, namun hal itu diper­lukan guna mengkaji gejala-gejala dalam latar yang benar-benar ilmiah.
11 Latar
     Pencari-tahu-alamiah bersandar pada latar laboratorium untuk keperluan mengadakan kontrol, mengelola intervensi, dan sebagainya. Sebaliknya, pencari-tahu-alamiah cenderung mengadakan penelitian dalam latar alamiah.
12. Perlakuan
     Bagi paradigma ilmiah, konsep perlakuan. sangat penting. Pada setiap eksperimen, perlakuan itu harus stabil dan tidak bervariasi. Jika tidak demikian, •maka sukar menentukan pengaruh yang berkaitan dengan suatu penyebab tertentu.
Untuk paradigma alamiah, konsep perlakuan tersebut asing karena perlakuan menyertakan beberapa cara manipulasi atau intervensi. Jika pun hal itu terjadi dengan mempertimbangkan terjadinya gejala secara alamiah, maka "perlakuan" itu merupakan penyebab yang dikehendaki untuk beberapa pengaruh yang diamati. Tentu saja mereka tidak meng­harapkan adanya stabilitas karena perubahan secara berkesinambungan sebenarnya adalah esensi dari situasi nyata. Barangkali bermanfaat bagi peneliti alamiah untuk menstabilkan sebanyak mungkin situasi ketika in­kuiri sedang terjadi. Jadi, bagi peneliti alamiah diperlukan lebih banyak keluwesan.
13. Satuan Kajian
Satuan kajian bagi paradigma ilmiah adalah variabel dan semua hubungan yang dinyatakan di antara variabel atau sistem variabel. Sebaliknya, pa­radigma alamiah berpendirian agar satuan kajian lebih sederhana. Selain itu, mereka lebih menekankan kemurnian sistem pola yang diamati se­cara alamiah.
14. Unsur-unsur Kontekstual
Peneliti alamiah senantiasa berusaha mengontrol seluruh unsur yang mengganggu yang dapat mengaburkan unsur-unsur itu dari fenomena yang menjadi pusat perhatian atau yang mengacau pada pengaruh terhadap fenomena itu.
Peneliti alamiah bukan hanya tidak tertarik pada kontrol, melainkan malah mengundang adanya ikut campur sehingga mereka secara lebih balk dapat mengerti peristiwa dalam dunia nyata clan merasakan pola-pola yang ada di dalamnya. Konsep "mengundang-ikut-campur" merupakan hal yang sangat penting bagi peneliti alamiah. Biasanya mereka tidak ingin mengetahui bagaimana suatu keutuhan yang ditelaah bekerja secara sangat baik dalam seluruh dunia kemungkinan, tetapi dalam keadaan yang pa­ling jelek sekalipun.
Berikutnya adalah ikhtisar perbedaan antara Pendekatan Kuantitatip dengan Pendekatan Kualitatip yang dikemukakan oleh Prof.Parsudi Suparlan,yang dikutip oleh Patilima,(2005)
Kuantitatif
Kualitatif
Sasaran kajian atau penelitian adalah gejala-gejala yang diperlakukan sebagai satuan-satuan individu yang secara keseluruhan merupakan sebuah atau universe.

Sasaran kajian atau penelitian adalah gejala-gejala sebagai saling terkait satu sama lainnya dalam hubungan-hubungan fungsional dan yang keseluruhannya. merupakan sebuah satuan yang bulat dan menyeluruh dan holistik atau sistemik. Pentingnya konteks dari gejala-gejala yang diamati

Satuan-satuan individual dipilah-pilah
dan digolongkan ke dalam variabel­variabel, atau satuan-satuan golongan dengan ciri-ciri tertentu, sesuai dengan kepentingan penelitian. Variabel dipisahkan dari konteksnya.

Satuan-satuan individual tidak dipilah-pilah ataupun diklasifikasi dalam variabel-variabel. Satuan­-satuan individual dari gejala­gejala diperlakukan sebagai bagian fungsional dari sistemnya, bertingkat, dan berada dalam hubungan-hubungan horisontal maupun vertikal.
Keberadaan sebuah variabel bukan karena didukung oleh keberadaan sistemnya, tetapi didukung oleh teori metodologi yang digunakan si peneliti
Tidak  ada satuan gejala atau individual yang dicopot dari sistemnya dengan menggunakan teori metodologi untuk dijadikan variabel. Karena tidak ada suatu gejala apapun yang dapat menjelaskan dirinya sendiri. Dia harus dijelaskan oleh dan melalui keberadaan gejala-gejala yang ada di dalam sistemnya.
Hubungan-hubungan diantara variabel-variabel diukur dengan menggunakan tolok ukur yang sahib, secara hipotetis, ditentukan adanya variabel bebas dari variabel tergantung.

Hubungan-hubungan di antara gejala, atau satuan individual atau unsur-unsur dipahami. Pemahaman dilakukan dengan cara melihat hubungan-hubungan tersebut dari perspektif yang diteliti.
Karena besarnya populasi maka dalam penelitian kuantit.atif digunalcan sampel atau satuan jumlah terbatas dari populasi yang secara metodologi mempunyai ciri-ciri' yang sama dan karena itu merupakan representasi atau wakil dari populasi

Tidak ada konsep sampel, terkecuali pada tahap-tahap pertama pemilihan setting masalah penelitian. Sebuah kasus yang sama tipe-tipenya. Kasus adalah sebuah satuan gejala, yang berdiri sendiri sebagai sebuahh sistem dengan ciri-cirinya yang tertentu yang merupakan bagian dan sistem atau sistem-sistem yang lebih luas. Sebuah kasus dapat mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kasus atau kasus­kasus lainnya walaupun berbeda tempat dan waktunya. Hasil-hasil penelitian dari sebuah kasus dapat digunakan untuk membuat generalisasi yang mencakup kasus-kasus yang tergolong mempunyai tipe yang sama.
Data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif, atau dalam bentuk angka­angka. Data dianalisis untuk dijadikan pembuktian (proof), dalam bentuk grafis misalnya, yang tidak perlu diberi interpretasi lagi oleh si peneliti, yang dapat digunakan untuk menerima atau menolak hipotesa yang dibuat.

Data yang dikumpulkan adalah data dalam bentuk narasi dan angka-angka (data sensus, misalnya). Data dianalisis untuk dijadikan bukti-bukti (evidence), yang perlu diinterpretasi untuk digunakan mendukung kebenaran dari hipotesa yang digunakan dalam penelitian.
Hipotesa dalam pendekatan kuantitatif adalah hipotesa uji. Satu kali sebuah hipotesa itu dibuat, maka hipotesa tersebut tidak lagi dapat diubah.

Hipotesa dalam pendekatan kualitatif hipotesa kerja. Setiap penelitian terfokus pada sebuah masalah penelitian dibuat berlandaskan pada sebuah hipotesa. Sebuah hipotesa dibuat dengan mengacu pada sebuah teori atau sejumlah teori yang dijadikan kerangka atau model teori. Kerangka atau model teori tersebut digunakan untuk menjawab pertanyaan mengapa, yang mengacu pada fakta-fakta sosial  yang diajukan, dan yang jawabannya adalah kebenaran sementara atau hipotesa. Sebuah hipotesa dalam sebuah rencana penelitian sebuah pedoman mengenai masalah penelitian dan dalam ruang lingkup penelitian tersebut.
Instrumen penelitian adalah kuisioner. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner tidak boleh diinterpretasi atau diarahkan oleh pengedar kuisioner, dan tidak juga boleh dikurangi atau ditambah.

Instrumen penelitian adalah si peneliti sendiri. Karena itu, seorang peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif harus mempunyai pengetahuan konseptual dan teoritikal yang cukup dan mempunyai analitik yang tinggi bila ingin berhasil dengan baik, Dalam kegiatan pengumpulan data, peneliti mempunyai kebebasan mengembangkan hipotesa, sesuai dengan fakta­fakta dan kenyataan hidup sosial yang dihadapi dan dalam batas­batas masalah penelitiannya. Sebuah hipotesa utama, yang dibuat dan diajukan dalam proposal penelitiannya dapat berubah dengan kenyataan­kenyataan induktif yang dihadapinya di lapangan.

Pemberi informasi dinamakan responden, karena si pemberi informasi tersebut di dalam kenyataannya sebenarnya tidak memberi respon.

Pemberi informasi dinamakan informan dan bukan responden.
Tesis atau teori yang dihasilkan dan sebuah penelitian dari pendekatan kuantitatif adalah berupa kecenderungan-kecenderungan, yang merupakan hakekat hubungan di antara variabel-variabel yang tercakup dalam masalah penelitian yang dikaji.
Tesis atau teori yang dihasilkan dan sebuah penelitian dengan pendekatan kualitatif adalah hakiki dan hubungan-hubungan di antara konsep-konsep atau gejala­-gejala yang menjadi masalah penelitian yang dikaji.


Dari tabel-tabel yang telah disampaikan diatas terlihat bahwa masing-masing pendekatan mempunyai kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan tersendiri.Jika demikian,pendekatan mana yang harus digunakan ? Jawabannya tergantung dari beberapa hal sebagai berikut,Jogiyanto,(2004):
1.Aliran utama( mainstream ) atau kelompok pemikiran ( school of thought ) yang dianut.Untuk aliran positip (positivism) yang mendasarkan pada pengujian secara empiris,pendekatan saintifik yang dipilih.Untuk aliran critical perspective yang lebih menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi terinci, pendekatan yang dipakai lebih kependekatan naturalis.
2.Kondisi atau lingkungan yang terjadi.Jika penelitian ingin menjawab pertanyaan tentang perilaku pemain sepakbola di dalam kejuaraan dunia ,maka pendekatan yang di pilih lebih ke pendekakatan naturalis. Untuki kasus ini pendekatan saintifik tidak dapat dilakukan karena tidak dapat mengatur setting secara artificial,karena data yang tersedia adalah data kualitatif,sehingga pendekatan naturalis lebih tepat digunakan.
3.Tingkat keluasan dan kedalaman penelitian yang diinginkan.Jika tujuan dari penelitian adalah untuk menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan meliputi banyak objek penelitian ,maka pendekatan saintifik lebih mengena.Sebaliknya jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk satu objek penelitian saja ,maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan.
4.Jika dimungkinkan,kedua pendekatan ini dapat digabungkan untuk digunakan bersama-sama.Hal ini dimungkinkan dan diharapakan dapat memberikan nilai tambah atau sinergi tersendiri karena pada hakikatnya masing-masing pendekatan mempunyai kebaikan-kebaikan sendiri.Penggabungan pendekatan-pendekatan ini dikenal dengan istilah triangulation.Triangulation ini misalnya dapat dilakukan pertama dengan menggunakan pendekatan naturalis terlebih dahulu untuk menemukan teori yang baru dan kemudian menggunakan pendekatan saintifik untuk menguji lebih lanjut teori ini ke fenomena yang lebih luas supaya dapat diterapkan dan disimpulkan secara umum.Triangulation dapat juga dilakukan dengan pertama melakukan atau riset dengan pendekatan saintifik terlebih dahulu dan kemudian menggunakan pendekatan naturalis untuk mendapatkan hasil-hasil yang lebih terinci dan mendalam.
Contoh-contoh Paper/Makalah Penelitian Kualitatif:
1.Eksistensi Laporan Nilai Tambah Syariah Berbasis Rezeki,Oleh: Aji dedi Mulawarman ,Universitas Cokro Aminoto Yogyakarta.,Paper dipresentasikan pada SNA 11 di Pontianak.
2.Islamic financial product innovation,oleh: Fouad H.Al-Salem,Gulf University for Science and Technology,Hawally,Kuwait.
3.Exploration of Jewish Ethnic Identity,oleh: Abby N.Altman et, all ,Journal of Counseling and Development:JCD Spring 2010;88,2;ABI/Inform Global.

















Referensi :
Jogiyanto,(2004),Metodologi Penelitian Bisnis: SALAH KAPRAH DAN PENGALAMAN-PENGALAMAN,Penerbit BPFE –Yogyakarta.
Moleong,(2000), METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF,Penerbit P.T Remaja RosdaKarya – Bandung
Patilima,( 2005),Metode Penelitian KUALITATIF, Penerbit CV. ALFABETA Bandung.